MPBI News, Jakarta, 3/9/2010
Bagaimana menyikapi letusan gunung berapi? Pertanyaan dasar ini menjadi topik “Diskusi Letusan Gunung Sinabung” pada tanggal 3 September 2010 di Sekretariat Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Jakarta. Acara diskusi itu dihadiri oleh lebih dari 13 orang dari lembaga-lembaga non-pemerintah penanggulangan bencana, baik nasional maupun internasional. Sebagai narasumber diskusi adalah Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) Universitas Pembangungan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Dan sebagai moderator diskusi dilakukan oleh Catur Sudira, MPBI.
Eko Teguh Paripurno memaparkan, “Letusan gunung berapi menimbulkan ancaman, seperti lava pijar, awan pijar, bom, pasir-abu, gas racun dan lahar. Ancaman yang berbeda akan membawa dampak yang berbeda serta akan membawa risiko yang berbeda pula. Selanjutnya risiko yang berbeda akan menimbulkan jawaban atau penanggulangan bencana yang akan berbeda. Misalkan saja ancaman awan pijar akan berbeda risikonya dengan ancaman pasir-abu. Ancaman awan pijar mengandung risiko kematian seketika dan upaya penanggulangannya adalah dengan evakuasi sejauh mungkin dari radius penyebaran awan pijar itu. Tapi ancaman pasir-abu membawa risiko Infeksi Saluran Pernafasan Aktif (ISPA) dan upaya penanggulangannya adalah dengan menggunakan masker.”
Lebih lanjut Eko Teguh menjelaskan bahwa dengan adanya ancaman dari letusan gunung berapi tersebut tidak dapat dilakukan secara sama rata (generalisasi). Misalkan saja dalam kasus letusan Gunung Sinabung tidak dengan serta merta semua penduduk yang tinggal sejauh 6 KM dari pusat letusan diungsikan. Hal itu mesti dilakukan dengan melihat apa ancaman yang lebih spesifik dari letusan G. Sinabung, baru setelah jelas tipe ancaman dan risikonya maka upaya penanggulangan bencananya dapat lebih mudah untuk dilakukan. Pengungsian penduduk adalah salah satu jawaban dari banyak alternatif penanggulangan bencana letusan gunung berapi.
“Yang tidak kalah penting adalah memperhatikan aspek aset penghidupan, misalkan ternak, tanaman (di kebun, sawah, ladang), sumur, mata air, dll, “kata Eko Teguh. Selama ini respon tanggap darurat lebih difokuskan kepada penyelamatan manusia, sedangkan aset penghidupan seringkali malah terabaikan, di luar manusia belum diurus. Jadi ketika para penduduk berada di pengungsian, mereka malah merasa tidak tenteram karena terus memikirkan rumah, tanaman dan ternaknya. Tidak heran bila di pengungsian hanya ramai pada malam hari, tapi pada pagi dan siang hari tempat pengungsian jadi sepi karena orang-orang kembali ke rumahnya masing-masing untuk mengurus rumah, ternak dan tanaman mereka.
Kembali kepada pertanyaan: “Bagaimana menyikapi letusan gunung berapi?” Salah satu jawaban dari pertanyaan itu adalah dilakukannya manajemen bencana dalam perpektif Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Prinsip-prinsip PRBBK itu antara lain:
Melakukan upaya pengurangan risiko bencana bersama komunitas di kawasan rawan bencana, agar selanjutnya komunitas mampu mengelola risiko bencana secara mandiri.
Menghindari munculnya kerentanan baru dan ketergantungan komunitas di kawasan rawan bencana pada pihak luar / lain.
Penanggulangan risiko bencana merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam untuk pemberlanjutan kehidupan komunitas di kawasan rawan bencana.
Pendekatan multisektor, multi disiplin, dan multibudaya.
Dalam konteks PRBBK ini maka yang kita lakukan antara lain:
Respon darurat: Melindungi aset penghidupan rakyat: manusia, alam-lingkungan, sosial, ekonomi, fisik, politik
Pemulihan: Memperbaiki dan meningkatkan fungsi dan nilai aset penghidupan rakyat: manusia, alam-lingkungan, sosial, ekonomi, fisik, politik
Perencanaan partisipatif:
a. Pemetaan risiko partisipatif, pemetaan sumberdaya;
b. Perencanaan pembangunan
Kesiapsiagaan: Membangun sistem informasi berorientasi rakyat, membangun sistem peringatan dini (SPD) tepatguna berbasis masyarakat, pelatihan dan gladian/simulasi perlindungan dan penyelamatan aset. --- (dp) ---
Sumber :
http://www.mpbi.org/content/menyikapi-letusan-gunung-berapi
6 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar